Cek Kaki-Kaki Sehabis Mudik
Sumber: http://www.tgp-store.co.id/
Perhatian buat Sobat yang mudik menunggang motor. "Secepatnya periksa kaki-kaki. Sebab seringkali timbul masalah setelah dipakai mudik," wanti Yanuar Israwan, alias Cak War dari WRM Modified.
Peringatan itu perlu ia garis bawahi karena bukan rahasia saat mudik, kaki-kaki motor mendapat beban berlebih. "Pertama karena bobot yang ditanggung motor." Bobot berlebih karena masih ada saja biker yang mudik bawa saudara atau keluarga lebih dari dua orang. Ya, seperti bawa anaknya.
Beban berikutnya karena bawaan pemudik. Maklum dari kampung biasa bawa banyak oleh-oleh. "Bebannya makin bertambah, mesin dan kaki-kaki tersiksa," jelas Cak War yang mengaku bakal mudik ke Jombang ini.
Makin tersiksa lagi karena bawaan orang mudik suka tergesa-gesa. "Lubang menganga pun dihajar." Namanya juga perjalanan jauh, jalan yang dilalui pasti nggak mulus semua, kan? Terlebih saat berada di daerah pedesaan.
Karena itu pemeriksaan kaki-kaki wajib dilakukan. Terlebih jika motor serasa geal-geol saat dikendarai. "Serasa macam tekanan angin kurang alias kempis."
Makanya segera lakukan pemeriksaan berikut. Jika ditemui masalah, segera bawa ke bengkel. Atau bisa saja diperbaiki sendiri.
BOKS
Pelek Jeruji
"Geal-geol belum tentu karena pelek peyang. Untuk pelek jeruji, bisa jadi itu karena ada jeruji yang kendur," tunjuk Cak War. Memeriksanya tinggal tekan sepasang jeruji. Lakukan ini ke seluruh jeruji.
Pelek Palang
Bibir pelek peyang juga bisa bikin motor geal-geol. Memang ini bisa terjadi pada pelek jeruji dan palang. Tetapi, "Sekarang ini pelek palang yang rentan peyang. Sebab banyaknya pelek variasi yang mutunya gak bisa dipertanggung-jawabkan."
Memeriksan gunakan spidol atau penunjuk. Dekatkan ke bibir pelek dan putarlah pelek. Peyang bibir pelek bakal lebih mudah diketahui.
Laher Keok
Jangan tunda juga untuk mengecek laher atau bearing roda. Caranya pegang ban pada kedua posisi berseberangan. Dan cobalah digoyang. Jika bergoyang dipastikan laher keok. Atau pada pelek palang variasi, "Kadang rumah lahernya yang kalah."
Bos Swing Arm
Bos lengan ayun juga butuh dicek. Cukup dengan memegang kedua batang lengan ayun dan coba digoyang ke samping
Komstir Kocak
Sektor kemudi berhubungan erat dengan kaki-kaki. Ketika mendapat hentakan, momentumnya bakal diteruskan hingga ke komstir. Mengecek komstir aus atau sekadar kocak, Sobat pegang kedua bagian bawah sok dan tarik mendekat ke badan. Bakal ketahuan jika memang terjadi kelonggaran berlebih.
Penulis : abbas
Foto : abbas
Sumber: OTOPLUS (Rubrik KONTEK) 14/VII, MINGGU KEEMPAT 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2009
Gambar lengkap dapat di lihat di Tabloid OTOPLUS
Sumber: http://www.tgp-store.co.id/
Go Blog Nemen
WELCOME TO MY BLOG yang penting ngeblog dan berbagi ifnormasi
Rabu, 07 Oktober 2009
ganti cdi
Saran temanmu bisa jadi terinspirasi bahwa dulu banyak motor Jupiter Z dan New Vega yang comot CDI Mio untuk dongkrak performa. Bahkan sempat juga ngetrend di balap road race terutama kelas MP5. Namun dengan catatan, jika aplikasi jurus ini maka pick up pada magnet Jupiter Z atau New Vega wajib ditambah panjangnya beberapa mm di bagian depan.
Tetapi itu hanya berlaku buat New Vega dan Jupiter Z yang aplikasi CDI Mio lama. Salah satu alasannya karena CDI Mio lama punya rpm limiter lebih tinggi. Begitu pula dengan pattern atau bentuk peta pengapiannya bisa dijodohkan dengan mesin balap. Tentu dengan ubahan seperti yang OP sebut sebelumny. Ini karena timing CDI Mio lama relatif rendah. Makanya pick up magnet Jupiter Z harus ditambah beberapa mm. Langkah ini diteruskan dengan memotong pick up bagian belakang, sepanjang penambahan pick up di bagian depan.
Tetapi itu cerita lama. Sebab CDI Mio lama atau Mio Soul ternyata tak bisa diaplikasikan ke CDI New Mio. Begitu pula CDI Vega ZR tak bisa diaplikasi ke New Vega dan Jupiter Z.
Penyebabnya ada pada perkabelan. Meski bisa ditukar pasang karena bentuk soket CDI yang sama, New Mio yang gunakan CDI Mio lama berkode 5TL ternyata tak bisa dihidupkan. Tentu saja sebaliknya Mio lama atau Mio Soul tak bisa dihidupkan dengan CDI New Mio berkode 28D. Penyebabnya?
Secara fisik, jelas bukan masalah ukuran. Bukan karena ukuran casing CDI Jupiter Z berkode 5TF atau pun 5TL lebih besar ketimbang 28D. Bukan pula disebabkan merek yang nempel di kedua CDI berbeda, 5TL atau 5TF dilabeli timbul Yamaha sedangkan 28D berlabel Moric. Lagi pula meski beda merek, kedua tipe dan model CDI ini produsennya sama kok, yakni PT. Moric!
Bukan juga perbedaan selisih sudut antara posisi pick up dan posisi pulser terhadap TMA. Tetapi murni penyebabnya karena letak kabel di soket kedua CDI berbeda.
Dari keterangan soket keduanya, posisi kabel plus aki berkelir cokelat muda/brown (Br) tidak terbalik dengan posisi kabel negatif aki berkelir hitam/black (B), karenanya meski kedua CDI tak bisa disaling tukarkan. Tapi tak sampai membuat CDI korsletting.
Pertanyaannya, kenapa juga posisi kabel ditukarkan? Padahal produsen alias pabrik CDI -nya sama juga. Dari segi fisik casing kedua CDI yang berbeda ukuran, jelas desain hubungan komponen-komponen di dalamnya berbeda. Sebab macam dipadatkan. Inilah yang bisa membuat jalur perkabelannya berbeda.
Nah, balik ke Vega ZR. Karena ukuran fisik casing CDI Vega ZR berkode 5D9 sama. Dengan tanda casing juga diembos merek Moric, tak heran muncul anggapan kedua CDI 28D dan 5D9 bisa saling ditukarkan. Dan memang benar adanya! Ini bisa dilihat dari hubungan perkabelan keduanya.
Sekali lagi, Vega ZR hanya bisa aplikasi CDI New Mio berkode 28D!
Asyiknya, kedua mesin motor punya spek bore/stroke yang sama persis. Lebih tepatnya bore 50,0 mm dengan stroke 57,9 mm. Bisa diartikan tipikal mapping atau peta pengapiannya tak jauh beda. So, sekarang ada alternatif CDI racing atau aftermarket buat Vega ZR, yakni pasang CDI asal New Mio!
Namun dengan satu catatan karena puncak timing bagi mesin skutik relatif diset lebih rendah, kemungkinan begitu Vega ZR pasang CDI racing buat New Mio, timing mesti digeser naik. Sama seperti kejadian pada saat Jupiter Z atau New Vega kanibal CDI Mio lama.
Untuk pilihan CDI buat Vega ZR, selain mengaplikasi CDI New Mio, OP menyarankan beli saja CDI aftermarket yang sudah dirancang buat Vega ZR. Di pasaran ada produk BRT, tuh. Tinggal tancap tanpa perlu modifikasi pick up. Enak tho?
Hanya perlu diingat, CDI BRT punya beberapa tipe timing atau kurva pengapian yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk BRT tipe Hyperband contohnya diberi kode ST, TR, dan RK.
Kode ST dan TR bisa digunakan untuk motor standar dan korek harian. Sedangkan tipe RK khusus untuk mesin balap. Pastinya timing pada tipe ST adalah terendah, sedang tipe TR puncak timingnya lebih tinggi. Begitu pula tipe RK malah lebih tinggi lagi.
Ingat sesuaikan dengan ubahan yang sudah dilakukan ke mesin. Sebab jika tidak, bukan penambahan performa yang Sobat dapatkan, tapi akselerasi mesin terasa berat. Timing pembakaran ketinggian sih.
Malah, efek lebih parah, suhu ruang bakar ketinggian. Terjadi detonasi. Dan karena panasnya gak normal, seher bisa macet atau rusak dengan permukaan menjadi berjerawat. Hiiii...
Untuk merek Rextor, sampai saat ini belum ada tuh diproduksi. Namun Sobat bisa coba aplikasi CDI Rextor Adjustable buat New Mio. Hanya saja mesti disetting Pulser Position Adjuster (PPA) lebih advance dengan memutar ke berlawanan arah jarum jam.
Begitu pula dengan MSS (Map Selector Switch) juga mesti dicari.
Atau jika Sobat kesulitan mendapatkan CDI BRT khusus Vega ZR atau Rextor untuk New Mio di pasaran, maka solusinya ya pasang saja CDI BRT atau Rextor untuk Jupiter Z. OP yakin lebih mudah ditemui. Tetapi dengan satu catatan, perkabelan mesti diubah. Ikuti saja diagram perkabelan di atas.
Sumber: OTOPLUS (Rubrik Oprek) 14/VII, MINGGU KEEMPAT 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2009
Gambar lengkap dapat di lihat di Tabloid OTOPLUS
Sumber: http://www.tgp-store.co.id/
Tetapi itu hanya berlaku buat New Vega dan Jupiter Z yang aplikasi CDI Mio lama. Salah satu alasannya karena CDI Mio lama punya rpm limiter lebih tinggi. Begitu pula dengan pattern atau bentuk peta pengapiannya bisa dijodohkan dengan mesin balap. Tentu dengan ubahan seperti yang OP sebut sebelumny. Ini karena timing CDI Mio lama relatif rendah. Makanya pick up magnet Jupiter Z harus ditambah beberapa mm. Langkah ini diteruskan dengan memotong pick up bagian belakang, sepanjang penambahan pick up di bagian depan.
Tetapi itu cerita lama. Sebab CDI Mio lama atau Mio Soul ternyata tak bisa diaplikasikan ke CDI New Mio. Begitu pula CDI Vega ZR tak bisa diaplikasi ke New Vega dan Jupiter Z.
Penyebabnya ada pada perkabelan. Meski bisa ditukar pasang karena bentuk soket CDI yang sama, New Mio yang gunakan CDI Mio lama berkode 5TL ternyata tak bisa dihidupkan. Tentu saja sebaliknya Mio lama atau Mio Soul tak bisa dihidupkan dengan CDI New Mio berkode 28D. Penyebabnya?
Secara fisik, jelas bukan masalah ukuran. Bukan karena ukuran casing CDI Jupiter Z berkode 5TF atau pun 5TL lebih besar ketimbang 28D. Bukan pula disebabkan merek yang nempel di kedua CDI berbeda, 5TL atau 5TF dilabeli timbul Yamaha sedangkan 28D berlabel Moric. Lagi pula meski beda merek, kedua tipe dan model CDI ini produsennya sama kok, yakni PT. Moric!
Bukan juga perbedaan selisih sudut antara posisi pick up dan posisi pulser terhadap TMA. Tetapi murni penyebabnya karena letak kabel di soket kedua CDI berbeda.
Dari keterangan soket keduanya, posisi kabel plus aki berkelir cokelat muda/brown (Br) tidak terbalik dengan posisi kabel negatif aki berkelir hitam/black (B), karenanya meski kedua CDI tak bisa disaling tukarkan. Tapi tak sampai membuat CDI korsletting.
Pertanyaannya, kenapa juga posisi kabel ditukarkan? Padahal produsen alias pabrik CDI -nya sama juga. Dari segi fisik casing kedua CDI yang berbeda ukuran, jelas desain hubungan komponen-komponen di dalamnya berbeda. Sebab macam dipadatkan. Inilah yang bisa membuat jalur perkabelannya berbeda.
Nah, balik ke Vega ZR. Karena ukuran fisik casing CDI Vega ZR berkode 5D9 sama. Dengan tanda casing juga diembos merek Moric, tak heran muncul anggapan kedua CDI 28D dan 5D9 bisa saling ditukarkan. Dan memang benar adanya! Ini bisa dilihat dari hubungan perkabelan keduanya.
Sekali lagi, Vega ZR hanya bisa aplikasi CDI New Mio berkode 28D!
Asyiknya, kedua mesin motor punya spek bore/stroke yang sama persis. Lebih tepatnya bore 50,0 mm dengan stroke 57,9 mm. Bisa diartikan tipikal mapping atau peta pengapiannya tak jauh beda. So, sekarang ada alternatif CDI racing atau aftermarket buat Vega ZR, yakni pasang CDI asal New Mio!
Namun dengan satu catatan karena puncak timing bagi mesin skutik relatif diset lebih rendah, kemungkinan begitu Vega ZR pasang CDI racing buat New Mio, timing mesti digeser naik. Sama seperti kejadian pada saat Jupiter Z atau New Vega kanibal CDI Mio lama.
Untuk pilihan CDI buat Vega ZR, selain mengaplikasi CDI New Mio, OP menyarankan beli saja CDI aftermarket yang sudah dirancang buat Vega ZR. Di pasaran ada produk BRT, tuh. Tinggal tancap tanpa perlu modifikasi pick up. Enak tho?
Hanya perlu diingat, CDI BRT punya beberapa tipe timing atau kurva pengapian yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk BRT tipe Hyperband contohnya diberi kode ST, TR, dan RK.
Kode ST dan TR bisa digunakan untuk motor standar dan korek harian. Sedangkan tipe RK khusus untuk mesin balap. Pastinya timing pada tipe ST adalah terendah, sedang tipe TR puncak timingnya lebih tinggi. Begitu pula tipe RK malah lebih tinggi lagi.
Ingat sesuaikan dengan ubahan yang sudah dilakukan ke mesin. Sebab jika tidak, bukan penambahan performa yang Sobat dapatkan, tapi akselerasi mesin terasa berat. Timing pembakaran ketinggian sih.
Malah, efek lebih parah, suhu ruang bakar ketinggian. Terjadi detonasi. Dan karena panasnya gak normal, seher bisa macet atau rusak dengan permukaan menjadi berjerawat. Hiiii...
Untuk merek Rextor, sampai saat ini belum ada tuh diproduksi. Namun Sobat bisa coba aplikasi CDI Rextor Adjustable buat New Mio. Hanya saja mesti disetting Pulser Position Adjuster (PPA) lebih advance dengan memutar ke berlawanan arah jarum jam.
Begitu pula dengan MSS (Map Selector Switch) juga mesti dicari.
Atau jika Sobat kesulitan mendapatkan CDI BRT khusus Vega ZR atau Rextor untuk New Mio di pasaran, maka solusinya ya pasang saja CDI BRT atau Rextor untuk Jupiter Z. OP yakin lebih mudah ditemui. Tetapi dengan satu catatan, perkabelan mesti diubah. Ikuti saja diagram perkabelan di atas.
Sumber: OTOPLUS (Rubrik Oprek) 14/VII, MINGGU KEEMPAT 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2009
Gambar lengkap dapat di lihat di Tabloid OTOPLUS
Sumber: http://www.tgp-store.co.id/
yamaha vixion modar
Kasus YAMAHA V-IXION, Setelah Lepas Aki, Mesin Nggak Mau Hidup
Sumber: http://www.tgp-store.co.id/
Seorang modifikator menghubungi kru OP. Modifikator Venus Customized, Sidoarjo bernama Budi Widanarko ini mengeluhkan Yamaha V-Ixion yang gak mau hidup setelah dimodifikasi.
"Bodi dilepas karena pemilik minta dipasangi fairing dengan buntut runcing. Tentu butuh melepas cover bodi. Sistem kabel gak ada yang dilepas sama sekali hanya aki saja. Begitu dipasang kembali, eh mesin malah gak mau hidup sama sekali," terang Sokran, sapaan Budi kebingungan.
Modifikator yang pernah membuat Jupiter standar 10,7 dk ini sempat tanya kiri-kanan. "Menurut hasil bertanya motor injeksi seperti Yamaha V-IXion katanya kalau lepas aki ECU (ECM) bisa restart (reset sendiri, Red.) dan mesin gak mau hidup. Butuh engine diagnosa untuk memperbaikinya," terangnya.
Modifikator penunggang Mio ini sempat tanya di forum khusus Yamaha V-Ixion, "Cuma gak yakin kebenarannya," jelasnya.
Apakah kasus yang dialami Sokran ini cukup sampai di sini? Biar lengkap ikuti terus karena ternyata nggak semudah itu, Sob. Nah lo...
ECU Restart Sendiri?
Akhirnya OP penasaran juga dengan kasus yang dialami Sokran. OP pun menanyakan kepada pihak yang kompeten dalam hal ini PT Yamaha Motor Kencana Indonesia sebagai ATPM di Indonesia.
Secara logika seharusnya motor injeksi yang ada sekarang tidak mengalami restart saat aki dilepas. Kenapa demikian? Dari sistem ECU/ECM saja tipikalnya programmed alias tidak dapat diprogram ulang sehingga tidak memiliki memori layaknya ECU unit mobil seperti dari Eropa. Sebab tipikal ECU mobil Eropa secara otomatis akan restart ECU saat tidak dialiri arus listrik. Beberapa mobil seperti Chevrolet Zafira perangkat audio turut restart dan butuh kode khusus untuk mengaktifkan kembali setelah salah satu kutub aki (bisa massa atau positif) dilepas.
Di motor seperti Yamaha V-ixion tidak demikian. Karena sistem perintah serta memori ECU atau ECM terbilang masih sederhana. "Apabila aki pada V-ixion dilepas tidak akan menyebabkan terjadinya restart (reset, Red.) ECU. Karena untuk reset ECU/ECM diperlukan alat khusus yang disebut diagnostic tools," terang Muhammad Abidin, technical manager PT YMKI (Yamaha Motor Kencana Indonesia) selaku ATPM Yamaha di Indonesia.
Artinya tanpa aki pun V-ixion masih dapat hidup. Cuma jika nekat aki dilepas durability ECU atau ECM terganggu. Kok bisa? Begini penjelasannya. Pembangkit kelistrikan di motor menggunakan spul (posisi statis, Red.) yang diputar menggunakan magnet (dinamis, Red.) sehingga menghasilkan induksi listrik.
Nah, sistem demikian baik tegangan maupun arusnya selalu naik-turun mengikuti putaran mesin. Padahal yang dibutuhkan ECU atau ECM adalah arus dan tegangan stabil. Kelebihan atau bahkan kekurangan arus dan tegangan listrik akan mengganggu optimalisasi kinerja ECM atau ECU, sejurus dengan itu otak kontrol mesin jebol.
"Fungsi battery (aki, Red.) selain untuk menghidupkan starter elektrik juga berfungsi sebagai penyetabil arus listrik ke seluruh komponen kelistrikan termasuk ECU. Agar kinerjanya optimal dan awet," lanjut Abidin.
Kasus V-ixion yang ditemui Sokran pun belum terpecahkan masalah sebenarnya.
Ternyata Penyebabnya Adalah...
Untuk mencari jawaban yang sebenarnya, satu-satunya cara harus dirunut kelistrikannya.
Setelah kontak pada posisi on, motor dapat dihidupkan dengan cara didorong. Cuma starter elektrik gak bisa. "Sudah cek sekring dan tidak putus. Selain itu semua indikator oke, sein, stop lamp dan klakson dapat berfungsi normal. Sumber klistrikan dari aki sudah bagus, berarti hanya pada bagian elektrik starter saja," analisa Bogang.
Dari sistemnya, elektrik starter V-Ixion memilik relay khusus, yaitu relay starter. Ketika kontak di posisi on relay terdengar suara 'tik' singkat. Jika dipegang tangan terasa getarannya.
Setelah dicek jalur kabelnya ternyata mulai relay, sekring dan kabel tidak bermasalah. Lantas bagian mana yang menyebabkan starter elektrik tidak mau hidup. "Ternyata tombol electric starter! Saat dibuka dan dihubungkan langsung dinamo starter dapat berfungsi," jelas Bogang.
Akhirnya holder dibuka dan tombol elektrik disemprot menggunakan contact cleaner. Setelah dipasang Yamaha V-ixion pun dapat hidup normal.
Dari kasus ini dapat diambil manfaatnya. Jika electric starter V-ixion bermasalah, belum tentu dinamo starter atau relay yang rusak, jika sekring bagus dan kelistrikan baik kemungkinan lainnya adalah tombol electric starter.
Boks:
Hati-Hati Jika Modif
Ternyata kasus mesin gak mau hidup ini hanya sekian masalah yang diidap V-ixion yang dimodifikasi Sokran. "Check enginenya berkedip-kedip terus. Dan mesin gak mau distarter," jelas Budi Yunianto, adik Sokran yang menangani trouble pada V-ixion tersebut.
"Jika lampu indikator (engine check, Red.) berkedip-kedip artinya ECU menangkap signal kerusakan atau kesalahan pada sensor dan actuatornya. Apabila kesalahan itu terjadi ECU akan beroperasi dalam kondisi darurat supaya motor tetap dapat digunakan tetapi hal itu tergantung dari tingkat kerusakan yang terjadi. Jika masalah terlalu parah secara otomatis ECU tidak akan beroperasi untuk mencegah kerusakan yang lebih parah ke komponen lain," tutur Abidin dari Yamaha.
Dari kasus Bogang sapaan Budi Yunianto yang tidak melepas komponen elektronik di V-ixion, OP sudah menduga jika salah satu komponen tidak berada pada posisinya.
Setelah diteliti memang benar. Lean angle sensor (LAS, Red.) tidak berada pada posisi yang tepat. Padahal LAS merupakan sensor kemiringan. Pada saat motor memiliki sudut kemiringan tertentu sensor memerintahkan ke ECU supaya off. Sehingga mesin tidak mau hidup.
Setelah LAS disesuaikan dengan posisi asalnya, lampu check engine pun mati. Hanya nyala saat kontak di posisi on beberapa detik saja. Setelah itu check engine mati. "Berarti harus pakai sepatbor standar atau buat sepatbor supaya posisi LAS-nya tetap seperti asalnya," jelas Sokran.
Caption:
- Posisi lean angle sensor harus sesual posisi aslinya
- Relay starter berbunyi tik artinya tidak bermasalah
- Tombol elektrik starter ngadat, pakai contact cleaner
Sumber: http://www.tgp-store.co.id/
Seorang modifikator menghubungi kru OP. Modifikator Venus Customized, Sidoarjo bernama Budi Widanarko ini mengeluhkan Yamaha V-Ixion yang gak mau hidup setelah dimodifikasi.
"Bodi dilepas karena pemilik minta dipasangi fairing dengan buntut runcing. Tentu butuh melepas cover bodi. Sistem kabel gak ada yang dilepas sama sekali hanya aki saja. Begitu dipasang kembali, eh mesin malah gak mau hidup sama sekali," terang Sokran, sapaan Budi kebingungan.
Modifikator yang pernah membuat Jupiter standar 10,7 dk ini sempat tanya kiri-kanan. "Menurut hasil bertanya motor injeksi seperti Yamaha V-IXion katanya kalau lepas aki ECU (ECM) bisa restart (reset sendiri, Red.) dan mesin gak mau hidup. Butuh engine diagnosa untuk memperbaikinya," terangnya.
Modifikator penunggang Mio ini sempat tanya di forum khusus Yamaha V-Ixion, "Cuma gak yakin kebenarannya," jelasnya.
Apakah kasus yang dialami Sokran ini cukup sampai di sini? Biar lengkap ikuti terus karena ternyata nggak semudah itu, Sob. Nah lo...
ECU Restart Sendiri?
Akhirnya OP penasaran juga dengan kasus yang dialami Sokran. OP pun menanyakan kepada pihak yang kompeten dalam hal ini PT Yamaha Motor Kencana Indonesia sebagai ATPM di Indonesia.
Secara logika seharusnya motor injeksi yang ada sekarang tidak mengalami restart saat aki dilepas. Kenapa demikian? Dari sistem ECU/ECM saja tipikalnya programmed alias tidak dapat diprogram ulang sehingga tidak memiliki memori layaknya ECU unit mobil seperti dari Eropa. Sebab tipikal ECU mobil Eropa secara otomatis akan restart ECU saat tidak dialiri arus listrik. Beberapa mobil seperti Chevrolet Zafira perangkat audio turut restart dan butuh kode khusus untuk mengaktifkan kembali setelah salah satu kutub aki (bisa massa atau positif) dilepas.
Di motor seperti Yamaha V-ixion tidak demikian. Karena sistem perintah serta memori ECU atau ECM terbilang masih sederhana. "Apabila aki pada V-ixion dilepas tidak akan menyebabkan terjadinya restart (reset, Red.) ECU. Karena untuk reset ECU/ECM diperlukan alat khusus yang disebut diagnostic tools," terang Muhammad Abidin, technical manager PT YMKI (Yamaha Motor Kencana Indonesia) selaku ATPM Yamaha di Indonesia.
Artinya tanpa aki pun V-ixion masih dapat hidup. Cuma jika nekat aki dilepas durability ECU atau ECM terganggu. Kok bisa? Begini penjelasannya. Pembangkit kelistrikan di motor menggunakan spul (posisi statis, Red.) yang diputar menggunakan magnet (dinamis, Red.) sehingga menghasilkan induksi listrik.
Nah, sistem demikian baik tegangan maupun arusnya selalu naik-turun mengikuti putaran mesin. Padahal yang dibutuhkan ECU atau ECM adalah arus dan tegangan stabil. Kelebihan atau bahkan kekurangan arus dan tegangan listrik akan mengganggu optimalisasi kinerja ECM atau ECU, sejurus dengan itu otak kontrol mesin jebol.
"Fungsi battery (aki, Red.) selain untuk menghidupkan starter elektrik juga berfungsi sebagai penyetabil arus listrik ke seluruh komponen kelistrikan termasuk ECU. Agar kinerjanya optimal dan awet," lanjut Abidin.
Kasus V-ixion yang ditemui Sokran pun belum terpecahkan masalah sebenarnya.
Ternyata Penyebabnya Adalah...
Untuk mencari jawaban yang sebenarnya, satu-satunya cara harus dirunut kelistrikannya.
Setelah kontak pada posisi on, motor dapat dihidupkan dengan cara didorong. Cuma starter elektrik gak bisa. "Sudah cek sekring dan tidak putus. Selain itu semua indikator oke, sein, stop lamp dan klakson dapat berfungsi normal. Sumber klistrikan dari aki sudah bagus, berarti hanya pada bagian elektrik starter saja," analisa Bogang.
Dari sistemnya, elektrik starter V-Ixion memilik relay khusus, yaitu relay starter. Ketika kontak di posisi on relay terdengar suara 'tik' singkat. Jika dipegang tangan terasa getarannya.
Setelah dicek jalur kabelnya ternyata mulai relay, sekring dan kabel tidak bermasalah. Lantas bagian mana yang menyebabkan starter elektrik tidak mau hidup. "Ternyata tombol electric starter! Saat dibuka dan dihubungkan langsung dinamo starter dapat berfungsi," jelas Bogang.
Akhirnya holder dibuka dan tombol elektrik disemprot menggunakan contact cleaner. Setelah dipasang Yamaha V-ixion pun dapat hidup normal.
Dari kasus ini dapat diambil manfaatnya. Jika electric starter V-ixion bermasalah, belum tentu dinamo starter atau relay yang rusak, jika sekring bagus dan kelistrikan baik kemungkinan lainnya adalah tombol electric starter.
Boks:
Hati-Hati Jika Modif
Ternyata kasus mesin gak mau hidup ini hanya sekian masalah yang diidap V-ixion yang dimodifikasi Sokran. "Check enginenya berkedip-kedip terus. Dan mesin gak mau distarter," jelas Budi Yunianto, adik Sokran yang menangani trouble pada V-ixion tersebut.
"Jika lampu indikator (engine check, Red.) berkedip-kedip artinya ECU menangkap signal kerusakan atau kesalahan pada sensor dan actuatornya. Apabila kesalahan itu terjadi ECU akan beroperasi dalam kondisi darurat supaya motor tetap dapat digunakan tetapi hal itu tergantung dari tingkat kerusakan yang terjadi. Jika masalah terlalu parah secara otomatis ECU tidak akan beroperasi untuk mencegah kerusakan yang lebih parah ke komponen lain," tutur Abidin dari Yamaha.
Dari kasus Bogang sapaan Budi Yunianto yang tidak melepas komponen elektronik di V-ixion, OP sudah menduga jika salah satu komponen tidak berada pada posisinya.
Setelah diteliti memang benar. Lean angle sensor (LAS, Red.) tidak berada pada posisi yang tepat. Padahal LAS merupakan sensor kemiringan. Pada saat motor memiliki sudut kemiringan tertentu sensor memerintahkan ke ECU supaya off. Sehingga mesin tidak mau hidup.
Setelah LAS disesuaikan dengan posisi asalnya, lampu check engine pun mati. Hanya nyala saat kontak di posisi on beberapa detik saja. Setelah itu check engine mati. "Berarti harus pakai sepatbor standar atau buat sepatbor supaya posisi LAS-nya tetap seperti asalnya," jelas Sokran.
Caption:
- Posisi lean angle sensor harus sesual posisi aslinya
- Relay starter berbunyi tik artinya tidak bermasalah
- Tombol elektrik starter ngadat, pakai contact cleaner
Rabu, 01 April 2009
Memperbaiki Printer
Selama menggunakan printer, pernahkah anda menemui masalah berikut ?
- Printer tidak dapat mencetak.
- Printer kelihatan mencetak, namun tidak ada sesuatu yang tertulis diatas kertas.
- Halaman cetakan tidak lengkap atau karakter yang dicetak aneh.
- Lampu indikator hanya berkedip-kedip terus saat diberikan perintah mencetak.
- Kertas tidak dapat masuk ke printer sebagaimana mestinya.
- Kertas tidak dapat keluar dari printer.
- Hasil cetakan bergaris -garis.
- Beberapa fitur yang dijanjikan oleh produsen printer tidak dapat bekerja.
- Printer menjadi lambat dalam mencetak.
- Font yang tercetak tidak sama dengan yang tampil di layar monitor.
Bila anda pernah menemui masalah -masalah diatas, mungkin tips-tips berikut ini dapat anda
gunakan sebelum anda memutuskan untuk membawa printer anda ke bengkel.
- Printer tidak dapat mencetak.
- Printer kelihatan mencetak, namun tidak ada sesuatu yang tertulis diatas kertas.
- Halaman cetakan tidak lengkap atau karakter yang dicetak aneh.
- Lampu indikator hanya berkedip-kedip terus saat diberikan perintah mencetak.
- Kertas tidak dapat masuk ke printer sebagaimana mestinya.
- Kertas tidak dapat keluar dari printer.
- Hasil cetakan bergaris -garis.
- Beberapa fitur yang dijanjikan oleh produsen printer tidak dapat bekerja.
- Printer menjadi lambat dalam mencetak.
- Font yang tercetak tidak sama dengan yang tampil di layar monitor.
Bila anda pernah menemui masalah -masalah diatas, mungkin tips-tips berikut ini dapat anda
gunakan sebelum anda memutuskan untuk membawa printer anda ke bengkel.
Langganan:
Komentar (Atom)